QAQAPOKER.COM AGEN JUDI POKER ONLINE INDONESIA DOMINO TERPERCAYA



QAQAPOKER : Aqu dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun kemudian dan belom dikaruniai seorang
anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun lebih muda dariku. Sementara itu pasangan Sutrisno dan
Sabrina berusia sekitar 32 tahun dan 29 tahun. Jadi bisa dibilang Neng Sabri itu seumuran dgnku.
Suaminya, Sutrisno memang tak bekerja kerana sudah satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang
krisis ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan plastik sementara
istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan yg cukup terkenal di Indonesia meskipun dia
hanya sebagai bawahan. Sesampainya di Office aqu berpisah dgn Neng Sabri yg memang berjalan
kaki dari Officeku menuju Office tempat dia bekerja.
Beberapa karyawan melirik kearah kami dan aqu yakin mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya
wanita yg dibawa atasannya itu. Aqu sih tak ambil pusing kerana memang pada dasarnya Sabrina
memang cukup cantik meskipun tak secantik istriku. Tetapi tubuh nya memang lebih yahud dan
berisi.
Terutama payudaranya yg sedari tadi kuperhatikan sekitar F-Cup jauh lebih besar dibandingkan
istriku yg hanyan C-Cup. Ah ada apa dgn diriku ini? Kenapa aqu malah kepikiran mengenai tubuh istri
orang. Akhirnya aqu masuk juga ke gedung Officeku sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu
dari otakku. Hari demi hari berkemudian dan aqu sering sekali berangkat bareng dgn Neng Sabri, memang
sih baik istriku maupun suami Neng Sabri tak pernah cemburu atau keberatan. “Kasihan Neng
Sabri mas kalau sendirian jalan.” Kata istriku waktu aqu bilang apa dia keberatan kalau aqu berangkat
bareng dgn Neng Sabri. Memang sih dari tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaqu
harus jalan sekitar 100 meter menuju jalan besar yg kemudian harus naik angkot sebanyak dua kali
agar bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aqu bisa membaygkan kalau Neng Sabri berangkat kerja
sebelom ada aqu dulu seperti apa susahnya. Pagi hari itu aqu seperti biasa bersiap untuk ke Office
dan istriku membawakan aqu bekal makan siang.
Nia memang juru masak yg handal. Selama ini aqu tak menolak tiap kali dia membawakan bekal
kerana memang masakannya luar biasa enak, maklum setahun kursus masak waktu kuliah dulu.
“Mas, maaf udah nungguin lama yah? Habisnya mas Sutrisno tadi rewel terus minta dilayanin sih.
Maaf ya kalo kelamaan nunggunya.” Kata Neng Sabri ramah. Aqu terkejut juga melihat penampilan
Neng Sabri kali ini. Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek dari
biasanya begitu juga dgn kerah bajunya seperti lebih lebar dan terkesan lebih turun. Neng Sabri kemudian
mengenakan sepatunya dgn posisi setengah menungging. Aqu yg waktu itu sedang berdiri didepannya,
kontan saja melihat pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara Neng Sabri seperti
menggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yg membungkusnya. Besar dan
bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Sutrisno benar-benar beruntung memiliki istri
seperti Neng Sabrina.
Sudah cantik, tubuhnya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat waktu bermain diranjang.
Sewaktu aqu membandingkan dgn istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, laki-laki macam apa
aqu ini, membaygkan istri orang lain sementara aqu sendiri sudah beristri dan istrikupun juga sering
setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setaknya seminggu belakangan ini istriku terasa lebih
hangat dari sebelomnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia
minta untuk bercinta sampai dua kali padahal sebelomnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah
apa yg mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat
jalan ini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Neng Sabri tersenyum terus meneruskan
membaca buku laporan keuangan yg dia pegang. Sesekali aqu melirik kearah pahanya yg tersingkap
kerana mobilku ini memang tempat duduknya cukup rendah jadi aqu bisa melihat paha mulus Neng
Sabri dgn jelas.
“Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini.” Neng Sabri kelihatan
mulai khawatir. Memang benar ada demo di persimpangan jalan didepan kami. Entah apa topik
demonya kerana aqu juga tak begitu peduli lagi, yg kupedulikan hanyalah pekerjaanku di Office
dan kesempatan lirik-lirik paha Neng Sabri. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa
penyesalanku tadi. Untungnya kami sampai Office tepat pada waktunya. Kali ini sampai di Office ada
kejutan yaitu kawanku waktu kuliah dulu yg sekarang bekerja sebagai manager sebuah perusahaan
kimia swasta berkunjung. “Wah, Rid, sekarang kamu udah sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang
sekarang. Hahaha…” seloroh sobatku yg satu ini. Aqu hanya membalasnya ringan, aqu memang
bukan tipe orang yg suka memamerkan prestasi sih. “Eh, perempuank yg tadi bareng sama kamu itu siapa
sih? Kece juga tuh perempuank. Tubuhnya keren dan wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin
donk!” goda Dirman kawanku ini.
Aqu hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasaran dan membombardirku dgn
berbagai pertanyaan susulan. “OK, OK, gua jawab. Dia tuh tetangga kost gua. Dia tinggal di kamar
sebelah kamar kost gua. Lagian dia kerja didekat sini maka dari itu gua anterin dia kesini barengan
ma gua. And sekedar informasi, dia udah punya suami bro.” kataqu menjelaskan daripada nanti di
berondong pertanyaan lagi. “Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan pasangan
muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng perempuank lain yg cantik. Khan bawaan dari
masa pacaran masih ada hahaha…” Dirman kembali menggodaqu sambil melihat-lihat foto-foto di
dinding ruang Officeku. Aqu hanya menghela nafas saja, “Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya
kagak pencemburu. Dia juga yg nyuruh gua buat nganterin Neng Sabri dari pada ntar dia jalan sendiri
khan kasihan.” Kataqu padanya. Dirman tertawa lagi, “Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aqu punya istri
aqu pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan.
Nggak kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus kalau nggak
ya sms. Dikira aqu pembantunya apa yah…” selorohnya sambil tertawa. Memang sih pacar Dirman
pencemburu berat padahal sudah pacaran selama 3 tahun lebih. “Tapi Rid…” Dirman menimpali lagi,
“Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik sama Neng Sabri itu? Dia cantik lho dan seksi lagi. Baygin
aja kalau kamu di ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti seru tuh…hahahaha….threesome gitu.”
Katanya lagi. Aqu memang tak terkejut dengar ucapan itu dari Dirman kerana sejak waktu kuliah
dulu memang mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa adanya. Dia paling gemar
berbicara soal seks meskipun tak pernah berhubungan seks dgn wanita manapun selama ini.
“Halah…lo ini ngomong apaan sih. Mana mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya
konvensional kok.” Kataqu pada Dirman. Memang selama ini istriku sering konvensional dalam
bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanya bermain cinta menggunakan gaya-gaya yg itu-itu
saja.
Kecuali dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali dalam
bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aqu sendiri tak tahu dari mana dia mendapatkan gaya
tersebut. Sesiang ini aqu memikirkan ucapan sahabatku itu. Threesome, sepertinya menarik tapi
mana mau istriku melaqukannya. Lagipula mana mau Neng Sabri melaqukannya kerana didekat kami
juga terdapat suaminya. Tentu saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal ini.
Sore harinya aqu mendapat kejutan keduaqu. Neng Sabri datang berkunjung ke Officeku. Memang
kala itu Officeku sudah tutup dan tinggal aqu bersama dgn dua orang satpam diluar dan dua orang
petugas cleaning service. “Lho, Neng Sabri belom pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannya Neng
Sabri selesai kerja jam 4 tadi?” kataqu sambil mempersilakan wanita cantik ini masuk Office kerjaqu.
Neng Sabri tersenyum manis, “Iya nih mas. Tadi aku telat pulang kerana pembukuan akhir bulan
masih menumpuk kemudian aku kerjain aja sekalian biar besok lebih senggang waktunya. Kirain
mas Ramelhan belom selesai kerjanya ternyata sudah ya…”
“Akh, ini Neng, biasa tender dgn klien sudah selesai dan rapatnya diundur tiga hari lagi kerana klien
yg satunya berhalangan hadir. Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tak
ada yg dikerjakan ya mau apalagi.” Kataqu menjelaskan. Memang para karyawan sudah pulang sejak
jam 4 tadi sementara aqu tetap disini kerana menghindari macet dan biasa mulai pulang jam 7 atau
setengah 7 untuk menghindari kemacetan. “Ohh gitu. Kirain sedang ada apa. Wah berarti aku mujur
dong kerana nggak ketinggalan hehehe…” kata Neng Sabri bercanda. Dalam hatiku sih aqu senang-
senang saja malam ini dia pulang bareng dgnku kerana malam ini dia pakai pakaian yg sangat seksi.
Kenapa harus dilewatkan, iya khan? Kami kemudian ngobrol berdua di ruangan Officeku sambil
minum sereal hangat yg kubuat. Sesekali Neng Sabri mengalihkan silangan kakinya dari kiri ke kanan
waktu itulah aqu bisa melihat jelas celana dalam Neng Sabri kerana kami duduk berhadap-hadapan.
Pahanya yg mulus putih itu semakin lama membuatku semakin tak kuasa menahan rasa ingin
memeluknya dan mencumbu wanita cantik ini dan mengabaikan kalau dia ini istri orang lain. Jam
sudah menunjukkan pukul 6 malam. Masih tersisa waktu setengah jam lagi untuk kami berduaan.
Serasa hatiku ini tak rela untuk pulang dan ingin berlama-lama dgn wanita didepanku ini. Aqu tahu
ini salah tetapi hasrat sebagai seorang laki-laki membuatku tak dapat berpikir jernih. “Mas, gimana
kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu. Didepan Office ada warung makan yg enak.” Usul
Neng Sabri kepadaqu. Aqu sih setuju-setuju saja. Lagipula perutku juga sudah mulai lapar. Padahal
biasanya aqu betah-betahin untuk menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makan
masakan istriku. Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makan di warung makan itu.
Meskipun tak begitu besar tetapi bersih dan masakannya juga enak meskipun tak seenak masakan
istriku tentunya. “Sudah jam 7 kurang 15 menit.
Kita masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh.” Kataqu pada Neng Sabri.
Wanita ini mengangguk setuju dan akhirnya kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah peristiwa tak
terduga terjadi secara tak sengaja. Neng Sabri tersandung waktu akan masuk kedalam mobil.
Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih aqu yg sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tak
terantuk setir mobilku. Tetapi yg membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atas
selangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yg besar itu. Entah apa yg
merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremas payudara wanita ini. Neng Sabri
melenguh pelan kemudian bangkit dari terpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu.
Aqu sendiri juga malu sesudah sadar kalau gagang kemaluanku ternyata sudah tegang waktu wajah
Neng Sabri tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukup lama di dalam
mobil ini. Aqu mencoba membuka percakapan dan waktu itulah kami bertatapan muka. Pandangan
kami beradu cukup lama.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments